Quantcast
Channel: FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Viewing all 518 articles
Browse latest View live

Pelantikan Para Ketua Program Studi Periode 2018 – 2020

$
0
0

Bandung, 5 Januari 2018, Rektor ITB, Prof. Dr. Kadarsah Suryadi, DEA., melantik para Ketua Program baru di ITB termasuk para ketua program studi di lingkungan FTI. Pelantikan Kaprodi baru tersebut dilaksanakan di Aula Barat ITB, mulai Pukul 08:30 WIB sampai dengan Pukul 09:30 WIB.

Pada pelaksanaan pelantikan para ketua program studi tersebut juga disaksikan oleh Dekan Fakultas/Sekolah, Wakil Rektor dan para pimpinan unit kerja di lingkungan ITB.

Adapun Ketua Program Studi dari FTI – ITB untuk Periode 2018 – 2020, antara lain:

  1. Program Studi Sarjana
    1. Ir. I Dewa Gede Arsa Putrawan, MT., Ketua Prodi Sarjana Teknik Kimia
    2. Tirto Prakoso, ST., M.Eng., Ketua Prodi Sarjana Teknik Bioenergi dan Kemurgi
    3. Ronny Purwadi, MT., Ph.D., Ketua Prodi Sarjana Teknik Pangan
    4. Brian Yuliarto, ST., MT., Ph.D., Ketua Prodi Sarjana Teknik Fisika
    5. Yassierli, ST., MT., Ph.D., Ketua Prodi Sarjana Teknik Industri
    6. Ir. Sukoyo, MT., Ketua Prodi Sarjana Manajemen Rekayasa Industri

 

  1. Program Studi Magister dan Doktor
    1. Ir. I.G.B. Ngurah Makertihartha, Ketua Prodi Magister dan Doktor Teknik Kimia
    2. Eng. Ir. Nugraha, Ketua Prodi Magister dan Doktor Teknik Fisika. Ketua Prodi Magister Instrumentasi dan Kontrol
    3. Rajesri Govindaraju, ST., MT., Ketua Prodi Magister dan Doktor Teknik Industri

Rektor ITB tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Kaprodi yang telah menunaikan masa jabatannya, semoga pengabdian bapak dan ibu mendapat berkat dari Allah SWT.  Kepada para Kaprodi baru, beliau mengucapkan selamat bertugas menjalankan amanat bersama memajukan ITB. “Semoga bapak dan ibu mendapatkan kemudahan segala urusan”, tutup Kadarsah.

Acara dilanjutkan dengan pelantikan Pegawai ITB-PTNBH (Perguruan Tinggi Negeri ber-Badan Hukum). Sebanyak 749 orang dilantik sebagai Pegawai ITB PTNBH. Ini pertama kalinya ITB menggelar acara pelantikan pegawai berstatus non-pns (dosen dan tenaga akademik) yang direkrut secara langsung sejak penerimaan pegawai ITB-BHMN (Badan Hukum Milik Negara) di Tahun 2006.


Pelantikan Para Ketua Program Studi Periode 2018 – 2020

$
0
0

Bandung, 5 Januari 2018, Rektor ITB, Prof. Dr. Kadarsah Suryadi, DEA., melantik para Ketua Program baru di ITB termasuk para ketua program studi di lingkungan FTI. Pelantikan Kaprodi baru tersebut dilaksanakan di Aula Barat ITB, mulai Pukul 08:30 WIB sampai dengan Pukul 09:30 WIB.

Pada pelaksanaan pelantikan para ketua program studi tersebut juga disaksikan oleh Dekan Fakultas/Sekolah, Wakil Rektor dan para pimpinan unit kerja di lingkungan ITB.

Adapun Ketua Program Studi dari FTI – ITB untuk Periode 2018 – 2020, antara lain:

  1. Program Studi Sarjana
    1. Ir. I Dewa Gede Arsa Putrawan, MT., Ketua Prodi Sarjana Teknik Kimia
    2. Tirto Prakoso, ST., M.Eng., Ketua Prodi Sarjana Teknik Bioenergi dan Kemurgi
    3. Ronny Purwadi, MT., Ph.D., Ketua Prodi Sarjana Teknik Pangan
    4. Brian Yuliarto, ST., MT., Ph.D., Ketua Prodi Sarjana Teknik Fisika
    5. Yassierli, ST., MT., Ph.D., Ketua Prodi Sarjana Teknik Industri
    6. Ir. Sukoyo, MT., Ketua Prodi Sarjana Manajemen Rekayasa Industri

 

  1. Program Studi Magister dan Doktor
    1. Ir. I.G.B. Ngurah Makertihartha, Ketua Prodi Magister dan Doktor Teknik Kimia
    2. Eng. Ir. Nugraha, Ketua Prodi Magister dan Doktor Teknik Fisika. Ketua Prodi Magister Instrumentasi dan Kontrol
    3. Rajesri Govindaraju, ST., MT., Ketua Prodi Magister dan Doktor Teknik Industri

Rektor ITB tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Kaprodi yang telah menunaikan masa jabatannya, semoga pengabdian bapak dan ibu mendapat berkat dari Allah SWT.  Kepada para Kaprodi baru, beliau mengucapkan selamat bertugas menjalankan amanat bersama memajukan ITB. “Semoga bapak dan ibu mendapatkan kemudahan segala urusan”, tutup Kadarsah.

Acara dilanjutkan dengan pelantikan Pegawai ITB-PTNBH (Perguruan Tinggi Negeri ber-Badan Hukum). Sebanyak 749 orang dilantik sebagai Pegawai ITB PTNBH. Ini pertama kalinya ITB menggelar acara pelantikan pegawai berstatus non-pns (dosen dan tenaga akademik) yang direkrut secara langsung sejak penerimaan pegawai ITB-BHMN (Badan Hukum Milik Negara) di Tahun 2006.

Grand Seminar Industrial Engineering Competition (IECOM) 2018

$
0
0

Bandung, 8 Januari 2018, Keluarga Mahasiswa Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (MTI ITB) kembali mengadakan perlombaan keilmuan teknik industri bertaraf Asia Pasifik yang dinamakan Industrial Engineering Competition (IECOM) 2018. IECOM 2018 dilaksanakan pada 7-13 Januari 2018, diikuti 15 tim dengan rincian 13 tim berasal dari Indonesia dan 2 tim berasal dari Filipina yang memperebutkan total hadiah 8000 USD. IECOM ke-8 ini diadakan di Institut Teknologi Bandung dan sekitarnya serta mengusung tema Industry 4.0. Terdapat beberapa acara yang berada dalam rangkaian IECOM 2018, yaitu kompetisi, Grand Seminar, dan berbagai acara untuk menumbuhkan kebersamaan antara peserta dan panitia.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Grand Seminar IECOM 2018 diadakan pada hari kedua IECOM, yaitu pada tanggal 8 Januari 2018. Bertempat di Aula Timur ITB, Grand Seminar dihadiri oleh 250 peserta yang berasal dari berbagai kalangan seperti akademisi dan praktisi. Grand Seminar dibuka pada pukul 09:00 WIB oleh Rektor ITB, Prof. Dr. Kadarsah Suryadi, DEA. Sejalan dengan rangkaian IECOM, Grand Seminar mengangkat tema “Industry 4.0: Reshaping Indonesia’s Industry along with Digital Revolution” yang dibahas dalam 3 sesi.

Sesi pertama memiliki subtema “Preparation towards Indonesia’s Vision as the Biggest Digital Economic Country in ASEAN”. Pada sesi ini, peserta Grand Seminar mendapatkan wawasan mengenai kondisi perindustrian Indonesia dalam menghadapi revolusi industri yang ke-4 langsung dari Sekretaris Jenderal Kementrian Perindustrian, Dr. Haris Munandar. “Dalam menghadapi revolusi industri ke-4, terdapat beberapa hal yang harus disiapkan oleh industri-industri di Indonesia yaitu infrastruktur digital, edukasi sumber daya manusia, dan pengembangan perangkat lunak (software). Dengan demikian, revolusi industri ke-4 bukan hanya untuk industri besar, tetapi menyeluruh termasuk untuk industri berskala kecil.”, ujarnya ketika ditemui seusai sesi pembicaraan.

Pembahasan mengenai Industry 4.0 berlanjut pada sesi kedua yang bertema “Overcoming Challenges in Cyber-Physical System”. Sesi ini dibuka oleh Achmad Zaky, CEO Bukalapak.com, yang menyatakan pentingnya sifat entrepreneurship dan inovasi. Selanjutnya, Rifqi Imanto, System Architecture Engineer PT Schneider Indonesia, membahas mengenai tantangan-tantangan terkait cyber-physical system. Menurutnya, salah satu tantangan yang perlu menjadi perhatian adalah keamanan data dikarenakan maraknya infeksi malware yang belakangan ini kian marak terjadi. Sesi kedua ditutup dengan pembicaraan mengenai cognitive and digitization platform oleh Software Client Architect Manager PT IBM, Ari Pratiwi.

Berbeda dengan sesi-sesi sebelumnya, sesi tiga disajikan dalam bentuk talkshow dengan tema “Adopting Digital Technology in Business Process” yang menampilkan perspektif berbagai praktisi dari sektor industri yang berbeda terhadap adopsi teknologi digital. Praktisi yang turut meramaikan sesi ketiga Grand Seminar IECOM 2018 adalah Raditya Wibowo, SVP of Transportation Products of GO-JEK, Lisa Widodo, SVP Operational and Product Management Blibli.com dan Ferdinan Hasiholan, Founder LaniusX SSCX. Menurut Alfine, salah satu peserta Grand Seminar yang memenangkan grand prize IECOM 2018 berupa tiket pesawat pulang pergi Jakarta-Kuala Lumpur, Grand Seminar berjalan dengan baik dan lancar. “Grand Seminarnya bagus, membuka wawasan terkait Industry 4.0 terutama dari sudut pandang praktisi-praktisi.”, imbuhnya.

Grand Seminar Industrial Engineering Competition (IECOM) 2018

$
0
0

Bandung, 8 Januari 2018, Keluarga Mahasiswa Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (MTI ITB) kembali mengadakan perlombaan keilmuan teknik industri bertaraf Asia Pasifik yang dinamakan Industrial Engineering Competition (IECOM) 2018. IECOM 2018 dilaksanakan pada 7-13 Januari 2018, diikuti 15 tim dengan rincian 13 tim berasal dari Indonesia dan 2 tim berasal dari Filipina yang memperebutkan total hadiah 8000 USD. IECOM ke-8 ini diadakan di Institut Teknologi Bandung dan sekitarnya serta mengusung tema Industry 4.0. Terdapat beberapa acara yang berada dalam rangkaian IECOM 2018, yaitu kompetisi, Grand Seminar, dan berbagai acara untuk menumbuhkan kebersamaan antara peserta dan panitia.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Grand Seminar IECOM 2018 diadakan pada hari kedua IECOM, yaitu pada tanggal 8 Januari 2018. Bertempat di Aula Timur ITB, Grand Seminar dihadiri oleh 250 peserta yang berasal dari berbagai kalangan seperti akademisi dan praktisi. Grand Seminar dibuka pada pukul 09:00 WIB oleh Rektor ITB, Prof. Dr. Kadarsah Suryadi, DEA. Sejalan dengan rangkaian IECOM, Grand Seminar mengangkat tema “Industry 4.0: Reshaping Indonesia’s Industry along with Digital Revolution” yang dibahas dalam 3 sesi.

Sesi pertama memiliki subtema “Preparation towards Indonesia’s Vision as the Biggest Digital Economic Country in ASEAN”. Pada sesi ini, peserta Grand Seminar mendapatkan wawasan mengenai kondisi perindustrian Indonesia dalam menghadapi revolusi industri yang ke-4 langsung dari Sekretaris Jenderal Kementrian Perindustrian, Dr. Haris Munandar. “Dalam menghadapi revolusi industri ke-4, terdapat beberapa hal yang harus disiapkan oleh industri-industri di Indonesia yaitu infrastruktur digital, edukasi sumber daya manusia, dan pengembangan perangkat lunak (software). Dengan demikian, revolusi industri ke-4 bukan hanya untuk industri besar, tetapi menyeluruh termasuk untuk industri berskala kecil.”, ujarnya ketika ditemui seusai sesi pembicaraan.

Pembahasan mengenai Industry 4.0 berlanjut pada sesi kedua yang bertema “Overcoming Challenges in Cyber-Physical System”. Sesi ini dibuka oleh Achmad Zaky, CEO Bukalapak.com, yang menyatakan pentingnya sifat entrepreneurship dan inovasi. Selanjutnya, Rifqi Imanto, System Architecture Engineer PT Schneider Indonesia, membahas mengenai tantangan-tantangan terkait cyber-physical system. Menurutnya, salah satu tantangan yang perlu menjadi perhatian adalah keamanan data dikarenakan maraknya infeksi malware yang belakangan ini kian marak terjadi. Sesi kedua ditutup dengan pembicaraan mengenai cognitive and digitization platform oleh Software Client Architect Manager PT IBM, Ari Pratiwi.

Berbeda dengan sesi-sesi sebelumnya, sesi tiga disajikan dalam bentuk talkshow dengan tema “Adopting Digital Technology in Business Process” yang menampilkan perspektif berbagai praktisi dari sektor industri yang berbeda terhadap adopsi teknologi digital. Praktisi yang turut meramaikan sesi ketiga Grand Seminar IECOM 2018 adalah Raditya Wibowo, SVP of Transportation Products of GO-JEK, Lisa Widodo, SVP Operational and Product Management Blibli.com dan Ferdinan Hasiholan, Founder LaniusX SSCX. Menurut Alfine, salah satu peserta Grand Seminar yang memenangkan grand prize IECOM 2018 berupa tiket pesawat pulang pergi Jakarta-Kuala Lumpur, Grand Seminar berjalan dengan baik dan lancar. “Grand Seminarnya bagus, membuka wawasan terkait Industry 4.0 terutama dari sudut pandang praktisi-praktisi.”, imbuhnya.

Kunjungan Siswa-Siswi SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan

$
0
0

Senin, 15 Januari 2018, Fakultas Teknologi Industri (FTI) – ITB menerima kunjungan Siswa-Siswi SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan dan empat guru pendamping. Secara keseluruhan, jumlah siswa dan siswi mencapai 87.

Para siswa dan siswi beserta guru pendamping diterima pukul. 09.00 WIB oleh Dr. Megawati Zunita, S.Si., M.Si. di Ruang Seminar A dan B Program Studi Teknik Industri FTI – ITB, Gedung Matthias Aroef, Labtek 3, Latai 1.

Kepada para siswa dan siswi serta guru pendamping, seperti pada setiap acara kunjungan yang umum dilaksanakan di FTI – ITB, diawali dengan perkenalan dengan panyampaian informasi tentang FTI ITB melalui video profil FTI – ITB sekitar 10 menit. Setelah pemutara video profil tersebut kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi presentasi tentang FTI. Pada sesi pemaparan materi ini, siswa dan siswi diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang sedang disampaikan serta informasi pendidikan dan proses seleksi masuk PTN khususnya ITB.

Tim DO OR DIE dari Institut Teknologi Bandung Membawa Pulang Juara Ketiga alam acara IECOM 2018

$
0
0

Tim Do or Die dari Institut Teknologi Bandung berhasil menjadi juara tiga Industrial Engineering Competition (IECOM) 2018 dan membawa pulang hadiah sebesar 2000 USD. Tim ini beranggotakan Ryan Aditya Moniaga (Teknik Industri 2014), Helmi Abdul Ghani (Teknik Industri 2014) dan Farhan Rizaldi Gustira (Manajemen Rekayasa Industri 2014). Juara lainnya adalah tim Caelius dari Universitas Indonesia sebagai juara pertama dan membawa pulang hadiah sebesar 3500 USD, diikuti dengan tim FernTiustic dari De La Salle University Philippines yang berhasil meraih juara 2 dengan hadiah sebesar 2500 USD. IECOM 2018 yang diadakan oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (MTI ITB) ini bertemakan Industry 4.0. Berlokasi di Bandung, IECOM 2018 mendatangkan 15 tim semifinalis dari Indonesia dan Filipina. Ke-15 tim tersebut merupakan tim yang telah berhasil lolos melalui tahap preliminary yang diikuti oleh 83 tim dari berbagai daerah di Indonesia dan Filipina.

“Saya merasa sangat bersyukur dan saya merasa usaha saya terbalaskan, karena dalam menjalankan lomba ini melelahkan sekali 7 hari berada dalam kompetisi yang sangat ketat.”, ucap Helmi saat ditemui pada closing IECOM 2018.

IECOM 2018 terdiri dari berbagai rangkaian acara dan kompetisi yang dilaksanakan pada 7-13 Januari 2018. Sesampainya di Bandung, semifinalis disambut pada acara pembukaan bernama “Wilujeng Sumping” dimana mereka dapat memperkenalkan diri kepada semifinalis lainnya. Acara selanjutnya yang diikuti semifinalis adalah Grand Seminar mengenai Industry 4.0 yang menghadiri beberapa praktisi dari berbagai latar belakang, salah satunya adalah Bapak Dr. Haris Munandar (Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Indonesia). Diharapkan dengan mengikuti Grand Seminar ini, semifinalis mendapatkan wawasan tambahan mengenai tema yang diangkat dalam IECOM 2018. Tahap semifinal dimulai pada tanggal 9 Januari 2018 dengan bentuk kompetisi berupa team quiz dan amazing race dan ditutup keesokan harinya dengan bentuk kompetisi berupa simulation. Tahap semifinal tersebut menguji seberapa baik pengetahuan dan pemahaman para semifinalis mengenai keilmuan industri. Hasil penilaian dari ketiga bentuk kompetisi pada tahap semifinal digunakan untuk menyaring 5 tim terbaik yang akan melanjutkan kompetisi ke tahap Grand Final.

Pada tahap Grand Final, finalis yang terdiri dari 4 tim Indonesia dan 1 tim Filipina mendapatkan kesempatan untuk melakukan observasi langsung di PT Gaya Motor. Hasil dari observasi tersebut digunakan untuk mengerjakan kasus nyata yang diberikan oleh pihak perusahaan terkait. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendapatkan solusi terbaik menurut juri yang berasal dari berbagai kalangan yaitu akademisi, pemerintahan, dan pelaku industri. Solusi tersebut diharapkan dapat diimplementasikan langsung oleh PT. Gaya Motor dalam memperbaiki proses manufaktur yang mengikuti Industry 4.0 pada perusahaan tersebut.

“Selama Grand Final, yang didapatkan adalah apa yang diajarkan di kuliah dan apa yang terjadi di lapangan ternyata tidak dapat disamakan dan memang butuh pengalaman untuk melihat kondisi di lapangan. Sehingga saat saat melakukan observasi kemarin memang sangat berbeda dengan apa yang ada di teori. Sebenarnya, kunci dari grand final ini adalah mengasah pola pikir problem solving.”, komentar Helmi mengenai Grand Final IECOM 2018.

IECOM 2018 merupakan kompetisi yang diadakan dua tahun sekali dan selalu mempunyai hal-hal baru untuk setiap tahunnya. Selain menerapkan nilai inovatif dan problem solving, tahun ini, IECOM 2018 memiliki tujuan yaitu meningkatkan konektivitas antar mahasiswa Teknik Industri seluruh Indonesia maupun Internasional sebagai kesatuan komunitas industri yang erat. IECOM 2018 turut di sponsori oleh PT. Honda Prospect Motor, Accenture, Telkomsel, Angkasa Pura I dan LETMI ITB.

“IECOM ini, it’s all decent. Semuanya bagus, panitianya menyiapkan dengan matang dan pesertanya pun kompetitif sehingga lomba ini sangat seru. Walaupun rangkaian acaranya panjang dan melelahkan, but it’s memorable.”, tutup Helmi, salah satu anggota Do or Die.

TIM DO OR DIE DARI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG MEMBAWA PULANG JUARA KETIGA DALAM ACARA IECOM 2018

$
0
0

Tim Do or Die dari Institut Teknologi Bandung berhasil menjadi juara tiga Industrial Engineering Competition (IECOM) 2018 dan membawa pulang hadiah sebesar 2000 USD. Tim ini beranggotakan Ryan Aditya Moniaga (Teknik Industri 2014), Helmi Abdul Ghani (Teknik Industri 2014) dan Farhan Rizaldi Gustira (Manajemen Rekayasa Industri 2014). Juara lainnya adalah tim Caelius dari Universitas Indonesia sebagai juara pertama dan membawa pulang hadiah sebesar 3500 USD, diikuti dengan tim FernTiustic dari De La Salle University Philippines yang berhasil meraih juara 2 dengan hadiah sebesar 2500 USD. IECOM 2018 yang diadakan oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (MTI ITB) ini bertemakan Industry 4.0. Berlokasi di Bandung, IECOM 2018 mendatangkan 15 tim semifinalis dari Indonesia dan Filipina. Ke-15 tim tersebut merupakan tim yang telah berhasil lolos melalui tahap preliminary yang diikuti oleh 83 tim dari berbagai daerah di Indonesia dan Filipina.

“Saya merasa sangat bersyukur dan saya merasa usaha saya terbalaskan, karena dalam menjalankan lomba ini melelahkan sekali 7 hari berada dalam kompetisi yang sangat ketat.”, ucap Helmi saat ditemui pada closing IECOM 2018.

IECOM 2018 terdiri dari berbagai rangkaian acara dan kompetisi yang dilaksanakan pada 7-13 Januari 2018. Sesampainya di Bandung, semifinalis disambut pada acara pembukaan bernama “Wilujeng Sumping” dimana mereka dapat memperkenalkan diri kepada semifinalis lainnya. Acara selanjutnya yang diikuti semifinalis adalah Grand Seminar mengenai Industry 4.0 yang menghadiri beberapa praktisi dari berbagai latar belakang, salah satunya adalah Bapak Dr. Haris Munandar (Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Indonesia). Diharapkan dengan mengikuti Grand Seminar ini, semifinalis mendapatkan wawasan tambahan mengenai tema yang diangkat dalam IECOM 2018. Tahap semifinal dimulai pada tanggal 9 Januari 2018 dengan bentuk kompetisi berupa team quiz dan amazing race dan ditutup keesokan harinya dengan bentuk kompetisi berupa simulation. Tahap semifinal tersebut menguji seberapa baik pengetahuan dan pemahaman para semifinalis mengenai keilmuan industri. Hasil penilaian dari ketiga bentuk kompetisi pada tahap semifinal digunakan untuk menyaring 5 tim terbaik yang akan melanjutkan kompetisi ke tahap Grand Final.

Pada tahap Grand Final, finalis yang terdiri dari 4 tim Indonesia dan 1 tim Filipina mendapatkan kesempatan untuk melakukan observasi langsung di PT Gaya Motor. Hasil dari observasi tersebut digunakan untuk mengerjakan kasus nyata yang diberikan oleh pihak perusahaan terkait. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendapatkan solusi terbaik menurut juri yang berasal dari berbagai kalangan yaitu akademisi, pemerintahan, dan pelaku industri. Solusi tersebut diharapkan dapat diimplementasikan langsung oleh PT. Gaya Motor dalam memperbaiki proses manufaktur yang mengikuti Industry 4.0 pada perusahaan tersebut.

“Selama Grand Final, yang didapatkan adalah apa yang diajarkan di kuliah dan apa yang terjadi di lapangan ternyata tidak dapat disamakan dan memang butuh pengalaman untuk melihat kondisi di lapangan. Sehingga saat saat melakukan observasi kemarin memang sangat berbeda dengan apa yang ada di teori. Sebenarnya, kunci dari grand final ini adalah mengasah pola pikir problem solving.”, komentar Helmi mengenai Grand Final IECOM 2018.

IECOM 2018 merupakan kompetisi yang diadakan dua tahun sekali dan selalu mempunyai hal-hal baru untuk setiap tahunnya. Selain menerapkan nilai inovatif dan problem solving, tahun ini, IECOM 2018 memiliki tujuan yaitu meningkatkan konektivitas antar mahasiswa Teknik Industri seluruh Indonesia maupun Internasional sebagai kesatuan komunitas industri yang erat. IECOM 2018 turut di sponsori oleh PT. Honda Prospect Motor, Accenture, Telkomsel, Angkasa Pura I dan LETMI ITB.

“IECOM ini, it’s all decent. Semuanya bagus, panitianya menyiapkan dengan matang dan pesertanya pun kompetitif sehingga lomba ini sangat seru. Walaupun rangkaian acaranya panjang dan melelahkan, but it’s memorable.”, tutup Helmi, salah satu anggota Do or Die.

Ikatan Alumni Teknik Kimia ITB dan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan kegiatan 40 menit mengajar

$
0
0

Bandung, 18 Januari 2018, Dekan FTI ITB, Prof. Deddy Kurniadi, Dr.Eng., secara resmi membuka acara 40 menit mengajar yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Teknik Kimia ITB dan BPJS Ketenagakerjaan.

Kegiatan dilaksanakan di Gedung Center for Research and Community Service (CRCS) ITB lantai 3, dihadiri para dosen di lingkungan Prodi Teknik Kimia dan mahasiswa, baik mahasiswa dari prodi Teknik Kimia maupun dari luar prodi Teknik Kimia.

Acara yang berlangsung selama 40 menit diawali dengan sambutan dari Dekan FTI, dan dilanjutkan dengan penyampaian materi mengajar yang disampaikan oleh Ir. Evi Afiatin, M.Sc., MAF., Direktur Keuangan BPJS Ketenagakerjaan. Beliau juga merupakan salah satu almuni dari Prodi Teknik Kimia Angkatan 1988 dan satu angkatan dengan Ketua Program Studi Sarjana Teknik Kimia, Dr.Ir. I.D.G. Arsa Putrawan, MT.

Adapun tema utama adalah Kenali Manfaat Program BPJS Ketenagakerjaan sejak dini. Materi pembelajaran ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang akan memasuki dunia kerja atau sebagai bekal memasuki dunia industri setelah lulus kuliah. Diharapkan dengan mengenal manfaat dari Program BPJS Ketenagakerjaan sejak dini, mahasiswa tidak ragu lagi untuk bergabung dalam program tersebut saat mamasuki dunia kerja sera menikmati semua manfaat yang ditawarkan.

Selanjutnya acara di isi dengan sesi tanya jawab dan diakhiri dengan sesi foto bersama.


Kunjungan Siswa-Siswi SMA Kristen Ora et Labora

$
0
0

Selasa, 23 Januari 2018, Fakultas Teknologi Industri (FTI) – ITB menerima kunjungan Siswa-Siswi SMA Kristen Ora et Labora Kota Tangerang  dan dua guru pendamping. Secara keseluruhan, jumlah siswa dan siswi mencapai 25.

Para siswa dan siswi beserta guru pendamping diterima pukul. 09.00 WIB oleh Dissa Riandaso Chandra, ST., MT., di Ruang Seminar B Program Studi Teknik Industri FTI – ITB, Gedung Matthias Aroef, Labtek 3, Latai 1.

Diawali dengan perkenalan kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi presentasi tentang FTI. Pada sesi pemaparan materi ini, siswa dan siswi diberi kesempatan langsung untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang sedang disampaikan serta informasi pendidikan di ITB dan proses seleksi masuk PTN khususnya ITB.

Acara kunjungan diakhiri dengan ramah tamah dan foto bersama.

Kunjungan Siswa-Siswi SMA Kristen Ora et Labora

$
0
0

Selasa, 23 Januari 2018, Fakultas Teknologi Industri (FTI) – ITB menerima kunjungan Siswa-Siswi SMA Kristen Ora et Labora Kota Tangerang  dan dua guru pendamping. Secara keseluruhan, jumlah siswa dan siswi mencapai 25.

Para siswa dan siswi beserta guru pendamping diterima pukul. 09.00 WIB oleh Dissa Riandaso Chandra, ST., MT., di Ruang Seminar B Program Studi Teknik Industri FTI – ITB, Gedung Matthias Aroef, Labtek 3, Latai 1.

Diawali dengan perkenalan kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi presentasi tentang FTI. Pada sesi pemaparan materi ini, siswa dan siswi diberi kesempatan langsung untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang sedang disampaikan serta informasi pendidikan di ITB dan proses seleksi masuk PTN khususnya ITB.

Acara kunjungan diakhiri dengan ramah tamah dan foto bersama.

Seminar on Logistic Challenges : Woman Role, Labor Market, and Higher Education

Seminar on Logistic Challenges : Role, Labor Market, and Higher Education

Penguatan Inovasi, Pengembangan dan Produksi Katalis “Merah Putih”

$
0
0

Bandung, 26 Januari 2018. Bertempat di Gedung Labtek X, Teknik Kimia FTI – ITB lantai 2, Rektor ITB Prof. Dr. Kadarsah Suryadi, DEA. hadir dalam Pertemuan Pendahuluan Rencana Tahun Kedua Penguatan Inovasi, Pengembangan dan Produksi Katalis “Merah Putih”.

Pada pertemuan tersebut juga dihadiri Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristek, Dr. Ir. Jumain Appe, M.Si., Direktur Inovasi Industri Ir. Santoso Yudo Warsono, MT., Tim dari PT Pertamina (Persero) serta Dekan FTI ITB, Prof. Deddy Kurniadi, Dr.Eng., dan beberapa dosen dari Program Studi Teknik Kimia FTI ITB, juga hadir tim dari Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB.

Prof. Dr. Ir. Subagjo selaku pimpinan atau ketua pada pertemuan tersebut menyampaikan berapa hal capaian tahun pertama (2017), fokus pada tahun kedua dan kegiatan yang akan dilaksanakan atara lain:

Capaian tahun pertama :

Pabrik-katalis untuk pendidikan, pelaksanaan Teaching Indsutry , pengembangan dan komersialisasi katalis DHDT (Distillate Hydrotreater).

Sementara itu, fokus pada tahun kedua adalah :

1.     Peluncuran produk/komersialisasi inovasi tahun pertama (Katalis DHDT) dan peresmian teaching industry.

2.     Pelaksanaan pabrik-katalis untuk pendidikan untuk percepatan komersialisasi (kemitraan dengan Mitra Industri dan Ristek Dikti):

a.     Katalis ARHDM

b.    Katalis HDO Green Diesel dan Bioavtur

c.     Katalis hidragenasi ethyl-hexenal

3.     Pengembangan Gedung Pusat Rekayasa Katalis (bantuan dari industri, hibah dari Alumni TK ITB)

Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan selanjutnya :

  • Pengembangan lanjut katalis HDT dan ARHDM
  • Pengembangan katalis HDO dan komersialisasi : green diesel dan green avtur
  • Pengembangan katalis hidragenasi ethyl-hexenal
  • Pabrik-katalis untuk pendidikan yang outputnya untuk inovasi pendidikan, pengajaran dan riset

Acara bersama Rektor ITB berjalan cukup singkat namun padat karena beliau akan melakukan pertemuan selanjutnya. Sebelum meninggalkan pertemuan Pendahuluan Rencana Tahun Kedua Penguatan Inovasi, Pengembangan dan Produksi Katalis “Merah Putih” Rektor ITB bersama Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristek, Direktur Inovasi Industri serta tamu undangan lainnya menyempatkan diri foto bersama.

Seminar on Logistic Challenges : Woman Role, Labor Market, and Higher Education

$
0
0

 

Peran penting logistik dalam mendukung percepatan ekonomi nasional tidak dapat dimungkiri lagi. Pembangunan infrastruktur secara masif oleh pemerintah adalah salah satu manifestasinya. Pelabuhan dan bandar udara yang saat ini sedang dalam proses pembangunan, kelak akan menjadi simpul-simpul penggerak barang di seluruh tanah air. Begitu yang disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Alumni, dan Komunikasi, Miming Miharja, saat membuka Seminar on Logistics Challenges: Woman Role, Labor Market, and Higher Education, di Gedung Center for Research and Community Services (CRCS) Institut Teknologi Bandung (ITB), pada hari Rabu, 31 Januari 2017.

Di balik kepentingannya, terpapar sebuah kontradiksi di mana performansi logistik di Indonesia masih rendah, ditunjukkan dengan ukuran logistics performance index (LPI) yang tidak beranjak dari peringkat ke-63 pada tahun 2016. Bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, kita masih kalah jauh. Thailand, Malaysia, dan Singapura memiliki peringkat LPI di posisi 45, 32, dan 5.

Oleh karena itu, sejak lama Fakultas Teknologi Industri ITB menjalin kerjasama dengan dengan Shipping and Transport College (STC), Belanda dengan disponsori oleh Nuffic Belanda, untuk mendukung percepatan pengembangan sistem logistik di tanah air. Seminar yang diselenggaran oleh dosen dan asisten Laboratorium Perencanaan dan Optimisasi Sistem Industri (LPOSI) itu, adalah bagian dari kerjasama tersebut.

Menurut Yosi Agustina Hidayat, ketua panitia seminar, pengembangan logistik secara intensif harus melibatkan tiga pihak; profesional, pemerintah, dan perguruan tinggi. Ketiga tarikan itulah yang disajikan dalam acara ini. Profesional diwakili oleh pelaku usaha di bisnis ini, yang tidak akan bisa berjalan tanpa dukungan pemerintah selaku regulator yang mengatur permasalahan tenaga kerja. Sebagai pengaitnya, perguruan tinggi harus menyiapkan sumber daya manusia yang unggul melalui pengembangan kurikulum dan pendidikan di bidang logistik.

Peran perempuan dan otomasi

Sesuai dengan tema, sesi pertama seminar diisi oleh tiga perempuan yang berkecimpung di bidang logistik. Terkait tenaga kerja, sorotan utama di seminar ini adalah kesetaraan gender. Albert Bos dari STC dalam pidato pembukaannya menuturkan bahwa pekerja perempuan di bidang logistik dibayar dua puluh persen lebih rendah dibandingkan dengan rekan sejawatnya dari golongan lelaki. Dalam kehidupan bermasyarakat yang modern saat ini, hal ini sungguh mengherankan. Faktor utama yang menjadi penentu keberhasilan karir seharusnya adalah kemampuan profesional semata, tanpa adanya diskriminasi jenis kelamin.

Pada giliran pertama, Eka Lorena Sari Surbakti memaparkan bahwa memang betul bahwa logistik adalah dunia usaha yang identik dengan kaum adam. Saat menjadi pemimpin dari Organisasi Angkutan Darat (Organda), perempuan yang aktif di organisasi tersebut hanyalah segelintir. Eka, yang juga merupakan seorang pebisnis sukses di bidang transportasi dan kargo menambahkan, minimnya jumlah perempuan yang terlibat tidak lepas dari citra logistik yang maskulin. Menurut istilahnya, banyak yang beranggapan bahwa yang diperlukan di logistik adalah “orang-orang yang berkulit tebal”. Secara tidak langsung hal ini membatasi ketertarikan perempuan untuk berkarir di bidang ini.

Padahal, menurutnya perempuan memiliki keunggulan kompetitif yang natural, salah satunya adalah perhatian yang lebih terhadap detail. Pendapat yang sama disampaikan oleh Lamiaa Bennis dari World Bank. Perempuan yang telah memiliki banyak pengalaman ini memiliki keyakinan bahwa dalam hal komunikasi, kaum hawa lebih persuasif dibandingkan para pria. Mengingat logistik adalah bidang usaha yang melibatkan banyak pihak, keterampilan ini sangatlah bernilai tinggi. Mengingat pekerja perempuan di bidang logistik Indonesia tidak sampai 15%, peluang masih terbuka lebar.

Hafida Fahmiasari pun memiliki pandangan yang serupa. Di usianya yang masih muda, pemilik gelar master dari TU Delft ini acap kali hanya menemukan dirinya sebagai satu-satunya perempuan dalam berbagai proyek pengembangan pelabuhan yang pernah ia tangani. Padahal, seharusnya jenis kelamin tidak memiliki pengaruh di dalam kinerja pekerja di bidang logistik. Hafida menuturkan bahwa selain komunikasi, keterampilan yang diperlukan untuk sukses di logistik adalah kemampuan menulis.

Sejalan dengan sesi pertama, Rene Meeuws dari STC menuturkan bahwa pengembangan tenaga kerja logistik di tanah air mutlak diperlukan. Logistik adalah bidang yang begitu cepat berkembang, namun kemampuan para pekerja Indonesia masih rendah, terutama terkait dalam hal analisis dan pemecahan masalah. Menurut penaksirannya, tidak kurang dari dua puluh ribu operator dan penyelia dibutuhkan di industri ini, namun kapasitas perguruan tinggi dalam menghasilkan tenaga kerja berkualitas masih terlalu kecil.

Selain memang karena belum banyak perguruan tinggi yang menyediakan pendidikan di bidang logistik, animo lulusan sekolah menengah pun belum terlalu tinggi, kemungkinan terkait dengan kesan logistik sebagai pekerjaan repetitif dan membosankan. Oleh karena itu, otomasi diperlukan untuk lebih menarik minat calon-calon SDM terbaik. Sebagai contoh, saat teknologi transportasi diperkenalkan di Eropa, supir-supir perempuan jumlahnya bertambah cukup signifikan. Dengan bertambahnya supir perempuan, supir-supir lelaki mengambil banyak hal positif dari koleganya itu. Di antaranya adalah pendekatan yang lebih sopan dalam berinteraksi dengan pelanggan.

Dukungan perguruan tinggi

Pengembangan logistik tidak akan tuntas tanpa peran dari perguruan tinggi. Sudut pandang ini didiskusikan dalam sesi terakhir yang diisi oleh Andi Cakravastia dan Tarkan Tan. Keduanya adalah associate professor, dari ITB dan TU Eindhoven.

Andi berpendapat bahwa pendidikan tinggi logistik di Indonesia tidak boleh lepas dari batang tubuh pengetahuan (body of knowlege) logistik yang dapat diambil dari berbagai institusi internasional, salah satunya adalah Logistics Management Council. Untuk bisa menghasilkan lulusan yang unggul, mahasiswa harus memiliki kemampuan dasar yang di bidang statistika, matematika dan analisis data. Mengingat saat ini bidang logistik tidak lepas dari teknologi daring, mata kuliah yang terkait dengan sistem dan teknologi informasi tidak dapat dipisahkan.

Sedangkan Tarkan lebih menyoroti masalah penyelenggaran kuliah. Dosen yang dua kali terpilih sebagai pengajar terbaik di kampusnya itu menyoroti bahwa mahasiswa harus selalu ditantang, sehingga ketertarikan akan muncul dengan sendirinya. Sebagai contoh, di TU/e, mahasiswa didorong untuk mengambil pertukaran kuliah dengan kampus di luar negeri. Selain itu, kemapuan riset mahasiswa amat dijaga. Mahasiswa diharapkan untuk membuat kontak dengan industri sejak awal masa perkuliahannya, sehingga pertanyaan penelitian sudah terdefinisi dengan baik saat mulai mengerjakan tesis.

Untuk mengikuti perkembangan jaman, saat ini banyak bidang yang dapat diintegrasikan dalam kurikulum logistik. Di antaranya adalah logistik perkotaan, otomasi, blockchain. Agar tidak tertinggal dengan teknologi daring yang perkembangannya amat pesat, kemampuan pemrograman mutlak dibutuhkan.

Seminar yang diselenggarakan selama sehari penuh ini mendapatkan animo yang tinggi. Hampir empat ratus orang yang mendaftar, dan hanya seratus lima puluh peserta yang dapat diterima. Peserta berasal dari kalangan akademisi, profesional, dan mahasiswa. Terkait dengan gender, 51% peserta adalah perempuan.

Beberapa peserta bertanya mengenai keseimbangan antara pekerjaan di bidang logistik dengan kodrat perempuan dalam posisinya di keluarga. Ketiga pembicara perempuan sepakat bahwa keseimbangan haruslah diatur dan didiskusikan dengan baik terhadap pasangan. Meskipun harus diakui, dukungan terhadap perempuan pekerja di Indonesia belumlah sebagus di negara-negara maju. Sebagai contoh adalah masalah penitipan dan pendidikan anak. Untuk menarik minat perempuan, promosi secara terus-menerus oleh semua pihak harus terus dilakukan.

Pertanyaan yang juga menarik adalah pendidikan logistik dari sudut pandang pemerintah. Senator Nur Bahagia, guru besar di ITB menjawab bahwa memang betul pendidikan logistik saat ini lebih banyak berorientasi pada korporasi. Maka pada kurikulum Magister Logistik ITB, regulasi dan kebijakan pun diajarkan. Sistem logistik yang baik, harusnya juga berorientasi makro, dengan kesejahteraan rakyat sebagai tujuan utamanya. [Rully Tri Cahyono]

Seminar on Logistic Challenges : Woman Role, Labor Market, and Higher Education

$
0
0

 

Peran penting logistik dalam mendukung percepatan ekonomi nasional tidak dapat dimungkiri lagi. Pembangunan infrastruktur secara masif oleh pemerintah adalah salah satu manifestasinya. Pelabuhan dan bandar udara yang saat ini sedang dalam proses pembangunan, kelak akan menjadi simpul-simpul penggerak barang di seluruh tanah air. Begitu yang disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Alumni, dan Komunikasi, Miming Miharja, saat membuka Seminar on Logistics Challenges: Woman Role, Labor Market, and Higher Education, di Gedung Center for Research and Community Services (CRCS) Institut Teknologi Bandung (ITB), pada hari Rabu, 31 Januari 2017.

Di balik kepentingannya, terpapar sebuah kontradiksi di mana performansi logistik di Indonesia masih rendah, ditunjukkan dengan ukuran logistics performance index (LPI) yang tidak beranjak dari peringkat ke-63 pada tahun 2016. Bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, kita masih kalah jauh. Thailand, Malaysia, dan Singapura memiliki peringkat LPI di posisi 45, 32, dan 5.

Oleh karena itu, sejak lama Fakultas Teknologi Industri ITB menjalin kerjasama dengan dengan Shipping and Transport College (STC), Belanda dengan disponsori oleh Nuffic Belanda, untuk mendukung percepatan pengembangan sistem logistik di tanah air. Seminar yang diselenggaran oleh dosen dan asisten Laboratorium Perencanaan dan Optimisasi Sistem Industri (LPOSI) itu, adalah bagian dari kerjasama tersebut.

Menurut Yosi Agustina Hidayat, ketua panitia seminar, pengembangan logistik secara intensif harus melibatkan tiga pihak; profesional, pemerintah, dan perguruan tinggi. Ketiga tarikan itulah yang disajikan dalam acara ini. Profesional diwakili oleh pelaku usaha di bisnis ini, yang tidak akan bisa berjalan tanpa dukungan pemerintah selaku regulator yang mengatur permasalahan tenaga kerja. Sebagai pengaitnya, perguruan tinggi harus menyiapkan sumber daya manusia yang unggul melalui pengembangan kurikulum dan pendidikan di bidang logistik.

Peran perempuan dan otomasi

Sesuai dengan tema, sesi pertama seminar diisi oleh tiga perempuan yang berkecimpung di bidang logistik. Terkait tenaga kerja, sorotan utama di seminar ini adalah kesetaraan gender. Albert Bos dari STC dalam pidato pembukaannya menuturkan bahwa pekerja perempuan di bidang logistik dibayar dua puluh persen lebih rendah dibandingkan dengan rekan sejawatnya dari golongan lelaki. Dalam kehidupan bermasyarakat yang modern saat ini, hal ini sungguh mengherankan. Faktor utama yang menjadi penentu keberhasilan karir seharusnya adalah kemampuan profesional semata, tanpa adanya diskriminasi jenis kelamin.

Pada giliran pertama, Eka Lorena Sari Surbakti memaparkan bahwa memang betul bahwa logistik adalah dunia usaha yang identik dengan kaum adam. Saat menjadi pemimpin dari Organisasi Angkutan Darat (Organda), perempuan yang aktif di organisasi tersebut hanyalah segelintir. Eka, yang juga merupakan seorang pebisnis sukses di bidang transportasi dan kargo menambahkan, minimnya jumlah perempuan yang terlibat tidak lepas dari citra logistik yang maskulin. Menurut istilahnya, banyak yang beranggapan bahwa yang diperlukan di logistik adalah “orang-orang yang berkulit tebal”. Secara tidak langsung hal ini membatasi ketertarikan perempuan untuk berkarir di bidang ini.

Padahal, menurutnya perempuan memiliki keunggulan kompetitif yang natural, salah satunya adalah perhatian yang lebih terhadap detail. Pendapat yang sama disampaikan oleh Lamiaa Bennis dari World Bank. Perempuan yang telah memiliki banyak pengalaman ini memiliki keyakinan bahwa dalam hal komunikasi, kaum hawa lebih persuasif dibandingkan para pria. Mengingat logistik adalah bidang usaha yang melibatkan banyak pihak, keterampilan ini sangatlah bernilai tinggi. Mengingat pekerja perempuan di bidang logistik Indonesia tidak sampai 15%, peluang masih terbuka lebar.

Hafida Fahmiasari pun memiliki pandangan yang serupa. Di usianya yang masih muda, pemilik gelar master dari TU Delft ini acap kali hanya menemukan dirinya sebagai satu-satunya perempuan dalam berbagai proyek pengembangan pelabuhan yang pernah ia tangani. Padahal, seharusnya jenis kelamin tidak memiliki pengaruh di dalam kinerja pekerja di bidang logistik. Hafida menuturkan bahwa selain komunikasi, keterampilan yang diperlukan untuk sukses di logistik adalah kemampuan menulis.

Sejalan dengan sesi pertama, Rene Meeuws dari STC menuturkan bahwa pengembangan tenaga kerja logistik di tanah air mutlak diperlukan. Logistik adalah bidang yang begitu cepat berkembang, namun kemampuan para pekerja Indonesia masih rendah, terutama terkait dalam hal analisis dan pemecahan masalah. Menurut penaksirannya, tidak kurang dari dua puluh ribu operator dan penyelia dibutuhkan di industri ini, namun kapasitas perguruan tinggi dalam menghasilkan tenaga kerja berkualitas masih terlalu kecil.

Selain memang karena belum banyak perguruan tinggi yang menyediakan pendidikan di bidang logistik, animo lulusan sekolah menengah pun belum terlalu tinggi, kemungkinan terkait dengan kesan logistik sebagai pekerjaan repetitif dan membosankan. Oleh karena itu, otomasi diperlukan untuk lebih menarik minat calon-calon SDM terbaik. Sebagai contoh, saat teknologi transportasi diperkenalkan di Eropa, supir-supir perempuan jumlahnya bertambah cukup signifikan. Dengan bertambahnya supir perempuan, supir-supir lelaki mengambil banyak hal positif dari koleganya itu. Di antaranya adalah pendekatan yang lebih sopan dalam berinteraksi dengan pelanggan.

Dukungan perguruan tinggi

Pengembangan logistik tidak akan tuntas tanpa peran dari perguruan tinggi. Sudut pandang ini didiskusikan dalam sesi terakhir yang diisi oleh Andi Cakravastia dan Tarkan Tan. Keduanya adalah associate professor, dari ITB dan TU Eindhoven.

Andi berpendapat bahwa pendidikan tinggi logistik di Indonesia tidak boleh lepas dari batang tubuh pengetahuan (body of knowlege) logistik yang dapat diambil dari berbagai institusi internasional, salah satunya adalah Logistics Management Council. Untuk bisa menghasilkan lulusan yang unggul, mahasiswa harus memiliki kemampuan dasar yang di bidang statistika, matematika dan analisis data. Mengingat saat ini bidang logistik tidak lepas dari teknologi daring, mata kuliah yang terkait dengan sistem dan teknologi informasi tidak dapat dipisahkan.

Sedangkan Tarkan lebih menyoroti masalah penyelenggaran kuliah. Dosen yang dua kali terpilih sebagai pengajar terbaik di kampusnya itu menyoroti bahwa mahasiswa harus selalu ditantang, sehingga ketertarikan akan muncul dengan sendirinya. Sebagai contoh, di TU/e, mahasiswa didorong untuk mengambil pertukaran kuliah dengan kampus di luar negeri. Selain itu, kemapuan riset mahasiswa amat dijaga. Mahasiswa diharapkan untuk membuat kontak dengan industri sejak awal masa perkuliahannya, sehingga pertanyaan penelitian sudah terdefinisi dengan baik saat mulai mengerjakan tesis.

Untuk mengikuti perkembangan jaman, saat ini banyak bidang yang dapat diintegrasikan dalam kurikulum logistik. Di antaranya adalah logistik perkotaan, otomasi, blockchain. Agar tidak tertinggal dengan teknologi daring yang perkembangannya amat pesat, kemampuan pemrograman mutlak dibutuhkan.

Seminar yang diselenggarakan selama sehari penuh ini mendapatkan animo yang tinggi. Hampir empat ratus orang yang mendaftar, dan hanya seratus lima puluh peserta yang dapat diterima. Peserta berasal dari kalangan akademisi, profesional, dan mahasiswa. Terkait dengan gender, 51% peserta adalah perempuan.

Beberapa peserta bertanya mengenai keseimbangan antara pekerjaan di bidang logistik dengan kodrat perempuan dalam posisinya di keluarga. Ketiga pembicara perempuan sepakat bahwa keseimbangan haruslah diatur dan didiskusikan dengan baik terhadap pasangan. Meskipun harus diakui, dukungan terhadap perempuan pekerja di Indonesia belumlah sebagus di negara-negara maju. Sebagai contoh adalah masalah penitipan dan pendidikan anak. Untuk menarik minat perempuan, promosi secara terus-menerus oleh semua pihak harus terus dilakukan.

Pertanyaan yang juga menarik adalah pendidikan logistik dari sudut pandang pemerintah. Senator Nur Bahagia, guru besar di ITB menjawab bahwa memang betul pendidikan logistik saat ini lebih banyak berorientasi pada korporasi. Maka pada kurikulum Magister Logistik ITB, regulasi dan kebijakan pun diajarkan. Sistem logistik yang baik, harusnya juga berorientasi makro, dengan kesejahteraan rakyat sebagai tujuan utamanya. [Rully Tri Cahyono]


Orasi Ilmiah Guru Besar Fakultas Teknologi Industri ITB Profesor Subagjo

$
0
0

Bandung, Sabtu, 3 Februari 2018, bertempat di Aula Barat ITB, Jln. Ganesa No. 10, mulai pukul 09:00 – 11:30 WIB, Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung menyelenggarakan acara Orasi Ilmiah Guru Besar ITB.

Pada kesempatan ini, Profesor Subagjo dari Program Studi Teknik Kimia FTI ITB, diberikan kesempatan untuk menyampaikan orasi Ilmiahnya dengan judul: “Merintis Kemandirian Bangsa dalam Teknologi Katalis”.

Orasi ilmiah ini merupakan rekam jejak perjalanannya dalam menjalankan tugas bagai dosen dalam melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang katalis dan Katalisis.

Katalis memegang peran sangat penting pada penyelenggaraan dan pengembangan industri kimia. Dewasa ini hampir setiap produk industri kimia dihasilkan melalui proses yang memanfaatkan jasa katalis. (buku materi Orasi Ilmiah bisa dilihat di sini).

Semoga tulisan ini dapat memberikan wawasan, dan inspirasi yang bermanfaat bagi para pembaca.

Acara tersebut dihadiri oleh Rektor ITB, Prof. Kadarsah Suryadi, Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc., Dekan FTI ITB, Prof. Deddy Kurniadi, Dr.Eng., serta unsur pimpinan ITB, pimpinan dan anggota Forum Guru Besar ITB, staf pengajar FTI, mahasiswa, para undangan lainnya dan keluarga.

Acara ditutup dengan kegiatan penyampaian ucapan selamat dan ramah tamah.

Orasi Ilmiah Guru Besar Fakultas Teknologi Industri ITB Profesor Subagjo

$
0
0

Bandung, Sabtu, 3 Februari 2018, bertempat di Aula Barat ITB, Jln. Ganesa No. 10, mulai pukul 09:00 – 11:30 WIB, Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung menyelenggarakan acara Orasi Ilmiah Guru Besar ITB.

Pada kesempatan ini, Profesor Subagjo dari Program Studi Teknik Kimia FTI ITB, diberikan kesempatan untuk menyampaikan orasi Ilmiahnya dengan judul: “Merintis Kemandirian Bangsa dalam Teknologi Katalis”.

Orasi ilmiah ini merupakan rekam jejak perjalanannya dalam menjalankan tugas bagai dosen dalam melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang katalis dan Katalisis.

Katalis memegang peran sangat penting pada penyelenggaraan dan pengembangan industri kimia. Dewasa ini hampir setiap produk industri kimia dihasilkan melalui proses yang memanfaatkan jasa katalis. (buku materi Orasi Ilmiah bisa dilihat di sini).

Semoga tulisan ini dapat memberikan wawasan, dan inspirasi yang bermanfaat bagi para pembaca.

Acara tersebut dihadiri oleh Rektor ITB, Prof. Kadarsah Suryadi, Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc., Dekan FTI ITB, Prof. Deddy Kurniadi, Dr.Eng., serta unsur pimpinan ITB, pimpinan dan anggota Forum Guru Besar ITB, staf pengajar FTI, mahasiswa, para undangan lainnya dan keluarga.

Acara ditutup dengan kegiatan penyampaian ucapan selamat dan ramah tamah.

Kunjungan Siswa-Siswi SMA Setia Bhakti Tangerang

$
0
0

Rabu, 14 Februari 2018, Fakultas Teknologi Industri (FTI) – ITB menerima kunjungan Siswa-Siswi SMA Setia Bhakti Tangerang  dan tiga guru pendamping. Secara keseluruhan, jumlah siswa dan siswi mencapai 75.

Para siswa dan siswi beserta guru pendamping diterima pukul. 15.30 WIB oleh Dissa Riandaso Chandra, ST., MT., staf dosen Program Studi Teknik Industri FTI – ITB.

Kunjungan diterima di Ruang Seminar B Program Studi Teknik Industri FTI – ITB, Gedung Matthias Aroef, Labtek 3, Latai 1.

Diawali dengan pemutaran video profil tentang FTI, acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi presentasi tentang FTI agar siswa lebih paham tentang informasi program studi di FTI. Pada sesi pemaparan materi ini, siswa dan siswi diberi kesempatan langsung untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang sedang disampaikan serta informasi pendidikan di ITB dan seleksi masuk PTN khususnya ITB.

Acara kunjungan diakhiri dengan ramah tamah dan foto bersama.

Kunjungan Siswa-Siswi SMA Setia Bhakti Tangerang

$
0
0

 

Rabu, 14 Februari 2018, Fakultas Teknologi Industri (FTI) – ITB menerima kunjungan Siswa-Siswi SMA Setia Bhakti Tangerang  dan tiga guru pendamping. Secara keseluruhan, jumlah siswa dan siswi mencapai 75.

Para siswa dan siswi beserta guru pendamping diterima pukul. 15.30 WIB oleh Dissa Riandaso Chandra, ST., MT., staf dosen Program Studi Teknik Industri FTI – ITB.

Kunjungan diterima di Ruang Seminar B Program Studi Teknik Industri FTI – ITB, Gedung Matthias Aroef, Labtek 3, Latai 1.

Diawali dengan pemutaran video profil tentang FTI, acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi presentasi tentang FTI agar siswa lebih paham tentang informasi program studi di FTI. Pada sesi pemaparan materi ini, siswa dan siswi diberi kesempatan langsung untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang sedang disampaikan serta informasi pendidikan di ITB dan seleksi masuk PTN khususnya ITB.

Acara kunjungan diakhiri dengan ramah tamah dan foto bersama.

Kelompok Keahliah Fisika ITB adakan Workshop Sehari Manajemen Energi

$
0
0

Kelompok Keahlian Teknik Fisika ITB menyelenggarakan Workshop Sehari Manajemen Energi dengan tema “Penelitian dan Pengembangan Inovasi Teknologi untuk mendukung Program Kebijakan Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE) di Jawa Barat” pada hari Rabu, 14 Februari 2018 bertempat di Gedung T. P. Rachmat lantai 2 Jl. Ganesha no.10 Bandung.

Dibuka dengan sambutan dari Ketua Kelompok Keahlian Teknik Fisika Prof. Hermawan K Dipojono yang mengapresiasi terselenggaranya acara ini, juga berterimkasih kepada perwakilan dari Dinas ESDM dan DPRD Jabar yang berkenan menjadi pembicara dalam workshop ini.

Yunandar Eka Perwira dari komisi II DPRD Jabar menjadi pembicara pertama mengungkapkan bahwa pemanfaatan energi di propinsi Jawa Barat sebagian besar masih mengandalkan sumber daya alam yang ada di daerah Jawa Barat. Menurutnya harus ada program serta sosialisasi tentang mengubah sampah menjadi energi sehingga menjadi pengolahan energi terbarukan yang dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat Jawa Barat.

Pembicara selanjutnya adalah Ir. Eddy I. M. Nasution, SE., MT. selaku perwakilan dari Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat. Beliau memaparkan tentang kondisi terkini serta peta wilayah memiliki potensi sumber daya alam yang menjadi pendapatan daerah tiap tahunnya. Ir. Eddy menjelaskan bahwa sumber daya alam terbesar di Jawa Barat adalah Gas Bumi dan Air. Masih banyak yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang pendapatan daerah Jawa Barat dan berkontribusi sebagai salah satu pendapatan negara di bidang migas.

Sesi selanjutnya di isi oleh dosen-dosen Kelompok Keahlian Fisika antara lain : Dr. Ir. Edi Leksono, F. X. Nugroho Soelami Ph.D., Brian Yuliarto Ph.D.  dan Rahmat Romadhon M.T., dengan adanya workshop ini diharapkan ada kolaborasi antara Pemerintah, Dinas ESDM  serta pemangku civitas akademik perguruan tinggi guna mencapai Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi yang berkelanjutan.

Viewing all 518 articles
Browse latest View live